A REVIEW OF REFORMASI INTELIJEN INDONESIA

A Review Of reformasi intelijen indonesia

A Review Of reformasi intelijen indonesia

Blog Article

Cara pandang Soeharto terhadap ancaman yang muncul saat itu menjadikan intelijen tidak hanya sebagai instrumen politik, tapi juga menjadikan intelijen sebagai konsolidasi militer.

Media massa sangat efektif menggiring opini publik, untuk menghakimi sesuatu yang belum pasti terjadi. Medan perang intelijen ke depan adalah informasi dan pembentukan opini. Penggalangan media dan opini yang intens tanpa mengabaikan kebebasan pers, harus dilakukan secara terpola dan komprehensif. Dalam hal ini kuncinya bukan hanya bereaksi dan melakukan counter

Pendahuluan Sejak berakhirnya Perang Dingin, di mana ancaman non-tradisional lebih mengemuka ketimbang ancaman militer/tradisional, informasi intelijen menjadi lebih penting ketimbang persenjataan. Penting dipahami bahwa informasi intelijen adalah hasil antara. Hasil akhirnya adalah kebijakan. Suatu kebijakan akan semakin baik dan tepat, apabila mendapatkan masukan informasi intelijen yang baik pula-cepat dan tepat (velox et exactus). Informasi intelijen dapat dikatakan baik dan maksimal apabila proses penggalian informasinya berlangsung secara apik dengan informasi yang amat berharga, diolah kembali oleh analis intelijen yang amat ahli dan berpengalaman, diubah menjadi rekomendasi kebijakan yang amat singkat dan akurat, kemudian dijalankan oleh pengambil kebijakan secara tepat waktu dan tepat sasaran. Pengguna ataupengambil keputusan membutuhkan kualitas analisis intelijen yang baik, agar ia dapat membuat keputusan yang tepat, mempersiapkan kapabilitas dan sumberdaya nasional untuk menghadapi ancaman-ancaman tradisional dan non-tradisional.

The police could dismiss the assembly should they come across gear Utilized in the assembly that is certainly destructive for public protection or Should the organizer fails to satisfy the data requirements in Write-up 10 and eleven.

Intelijen bekerja dengan fungsi yang periksa di sini efektif dari lembaga intelijen yang berwujud kemampuan lembaga intelijen mencegah terjadinya kondisi-kondisi yang menghalangi tercapainya kepentingan nasional Indonesia, atau disebut juga dengan pendadakan strategis, melalui penyiagaan dini (

The collection of People major high-ranking advisers on the President and Vp shall be tackled collectively as the Cabinet. The subsequent desk incorporates publicly obtainable info on the ministries along with other departments in The present Cupboard as of June 9, 2019:

Jika terjadi kesalahan perintah oleh user maka yang seharusnya bertanggung jawab untuk ditindak secara hukum adalah pemberi perintah operasi.

Hal tersebut disebabkan oleh pengertian bahwa intelijen bukan aparat penegak hukum, sehingga jika undang-undang intelijen selalu dikaitkan dengan penegakan hukum, maka kebijakan intelijen tidak mungkin dapat dijabarkan dengan benar pada tataran operasional.[12]

State Administrative: This courtroom is proven by advantage of Legislation No. 8 of 1986 on Condition Administrative Court, as Finally amended by Regulation No. 51 of 2009. It's the forum to problem general public administrative decree, and that is outlined as a prepared choice issued by a human body or Formal of general public administration, which has an act of public administration depending on the prevailing legislation and rules, that is concrete (or specific), person, and remaining, which delivers lawful implications to someone or even a civil lawful entity.

By using the time period to determine teams in conflict with the Pancasila ideology—the official state ideology as stipulated by the Structure—BAIS divides the sources on the risk into the subsequent categories:

Belum tentu kata Pak Jokowi  #jokowi #megawati #sby #prabowo #didietprabowo #gibran #kaesang #ahy #puanmaharani #pdip #infografis #beritapolitik #politikindonesia #pinterpolitik

Appropriate radical groups, specifically Individuals in political companies that advertise the discourse of Islamic legislation; and

On March 1, UN human rights authorities expressed major issues with regards to the deteriorating human legal rights problem in the Indonesian provinces of Papua and West Papua, citing shocking abuses against indigenous Papuans, such as youngster killings, disappearances, torture, and mass displacement of at least five,000 Papuans by safety forces.

Belum tercapainya stabilisasi politik memberikan kesempatan kepada elit politik untuk tidak menganggap masalah terorisme sebagai ancaman serius. Keempat adalah lemahnya penegakan hukum di Indonesia, bahkan cenderung tidak adil.[1]

Report this page